Mengungkap Kesesatan
Aqidah Syi'ah Rafidhah
Di
sarikan dari Kitab Min 'Aqaidi as Syi'ah
Karya
: Syaikh Abdullah bin Muhammad
Sejarah dan Lahirnya
Rafidhah
Syi'ah lahir sejak masa
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu dan dipelopori oleh seorang
Yahudi bernama Abdullah bin Saba', ia mengaku sebagai seorang muslim, mencintai
ahli Bait dan berlebihan dalam menyanjung Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu, dan pada akhirnya ia
mengangkatnya sampai ketingkat ketuhanan.
Kemudian Syi'ah
berkembang biak menjadi berpuluh-puluh sekte, dengan berbagai macam idiologi
yang mereka ada-adakan dengan akal pikiran mereka sendiri.
Diantara pecahan Syi'ah
yang terbesar dan yang paling berbahaya adalah Rafidhah, penamaan ini
dinyatakan sendiri oleh pembesar mereka yang bernama Al Majlisi dalam bukunya Al
Bihar[1] yang
berpijak atas hadits-hadits maudlu' untuk memperkuat hujjah mereka.
Dikatakan bahwa sekte
Rafidhah terbagi menjadi 5 bagian: Al Kissaniyyah, Az Zaidiyyah, Al Imamiyyah,
Al Ghaliyyah dan Al Isma'iliyyah.[2]
Dinamakan Rafidhah karena
mereka menolak Zaid bin Ali bin Husaint
dan berlepas dirinya darinya. Sedangkan orang yang berbaiat kepadanya dinamakan
Syi'ah Zaidiyyah.[3]
Dalam riwayat lain,
dinamakan Rafidhah karena mereka menolak keimanan Abu Bakar dan Umar
radhiyallaahu ‘anhuma. Dan dalam pendapat lain karena mereka menolak agama.[4]
Beberapa 'Aqidah
Mereka
- 'Aqidah Bada' yaitu meyakini bahwa Allah Ta’ala tidak mengetahui sesuatu sebelum terjadi.[5] Mereka mengatakan tidaklah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam di utus kecuali diperintahkan untuk mengharamkan khamr dan menetapkan sifat bada'. Bagaimana mungkin mereka menisbatkan ketidak tahuan bagi Allah Ta’ala padahal mereka meyakini imam-imam mereka mengetahui sesuatu yang tersembunyi?.
- Bekeyakinan bahwa Allah Ta’ala berjism (bertubuh seperti makhluk).[6]
- Meniadakan sebagian dari sifat-sifat Allah subhaanahu wata’aala
- Mengatakan bahwa al Qur'an adalah makhluk. Dan mengingkari akan melihat wujud Allah Ta’ala di akhirat dengan mata kepala, bahkan mereka mengatakan, barang siapa yang menisbatkan kepada Allah Ta’ala sebagian sifat, seperti sifat Allah Ta’ala dapat dilihat, maka ia dihukumi murtad.[7]
- Mayoritas ahli hadits Syi'ah berrkeyakinan adanya perubahan dalam al Qur'an. Abu Ja'far berkata : "Barang siapa yang mengaku telah mengumpulkan al Qur'an dan membukukan seluruh isinya sebagaimana yang diturunkan oleh Allah Ta’aka, maka sesungguhnya ia seorang pendusta. Tidak ada yang mengumpulkan dan yang menghafalkannya sebagaimana yang diturunkan Allah Ta’ala, melainkan Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu dan para imam sesudahnya."[8]
Jadi pada hakekatnya
mereka memiliki 2 al Qur'an, yaitu al Qur'an yang maklum dan al Qur'an yang
khusus bagi mereka, yang diantara isinya terdapat surat al Wilayah.
- Aqidah mereka juga berpijak diatas pencacian, pencelaan dan pengkafiran terhadap para Sahabat Nabig.
Al Majlisi menyebutkan
dalam bukunya bahwa Ali bin Husain berkata kepada budaknya : "Bagiku atas
kamu hak pelayanan, ceritakan kepadaku tentang Abu Bakar dan Umar? Maka ia
menjawab : “Mereka berdua adalah kafir, dan orang yang cinta kepada keduanya
termasuk kafir juga.”[9]
Mereka juga mengatakan
bahwa semua sahabat sepeninggal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar
dari islam kecuali tiga. Yaitu: al Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al Ghifari dan
Salman al Farisi.[10]
Tidak sampai itu, mereka
juga melaknat dua Sahabat nabi yang sangat mereka benci, yaitu Abu Bakar dan
Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Bahkan
mendo'akan keburukan kepada keduanya dengan menamakan do'a dua patung Qurasy.[11]
- Syi'ah Rafidhah mengaku bahwa para imam mereka ma'shum (terjaga dari kesalahan dan dosa) serta mengetahui hal-hal yang ghaib. Bahkan mereka lebih utama derajatnya dari pada para Nabi dan para Rasul.
- Mereka juga meyakini aqidah raj'ah, yaitu keyakinan hidup kembali setelah kematian sebelum hari kiamat.[12] Kemudian 'aqidah raj'ah ini mengalami perkembangan yang sangat cepat sehingga mereka mengatakan bahwa semua orang Syi'ah bersama para imamnya, musuh-musuhnya dan para pemimpinnya akan dihidupkan kembali. Dan pada akhirnya aqidah ini dijadikan sebagai sarana yang dipergunakan kelompok Saba'iyyah (masih sekte Syi'ah) untuk mengingkari hari Kiamat.[13]
- Memperbolehkan untuk Taqiyah, yaitu: Suatu ucapan atau perbuatan yang dilakukan tidak sesuai dengan keyakinan, untuk menghindari bahaya yang mengancam jiwa, harta, atau untuk menjaga kehormatan.[14]
Sebagaimana kedustaan
mereka terhadap Rasulullahn, mereka
berangapan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam juga pernah
bertaqiyah tatkala beliau menshalati Abdullah bin Ubay (gembong munafik), kemudian
Umar radhiyallaahu ‘anhu berkata kepada beliau tantang larangan Allah untuk
menshalati orang munafik, maka beliau menjawab : “Celakalah engkau, tahukah
engkau apa yang saya baca? Sesungguhnya aku mengucapkan: “Ya Allah, isilah mulutnya
dengan api dan penuhilah kuburannya dengan api dan masukkan dia dalam api.”[15]
- Mereka juga meyakini, bahwa tanah kuburan Husain radhiyallaahu ‘anhu sangat berbarakah. Mereka menamakannya dengan istilah "ath Thinah." Mereka mengatakan bahwa tanah kuburan Husain adalah obat untuk segala penyakit, ia adalah obat yang paling agung.[16]
- Aqidah Rafidhah juga berpijak pada penghalalan harta dan jiwa ahli Sunnah wal Jama'ah.[17] Lebih daripada itu, mereka juga beranggapan bahwa kekufuran ahli Sunnah lebih besar dari pada kekufuran orang-orang Yahudi dan Nashrani, dikarenakan orang-orang Yahudi dan Nashrani memang kafir asli, sedangkan ahli Sunnah, mereka adalah murtad dari islam.
Oleh sebab itu,
orang-orang Rafidhah membantu orang-orang kafir didalam peperangan melawan
orang-orang islam sebagaimana yang disaksikan oleh sejarah.[18]
- Mereka meyakini bahwa nikah Mut'ah adalah bagian dari agama. Maka barang siapa yang mengamalkannya berarti ia telah mengamalkan agama, dan barangsiapa yang mengingkarinya berarti ia mengingkari agama, dan anak yang dilahirkan dari hasil perkawinan mut'ah lebih utama daripada anak yang dilahirkan melalui nikah yang tetap. Dan yang mengingkari nikah mut'ah adalah kafir dan murtad.[19]
Mereka berdalil dengan
firman Allah: QS an Nisaa' : 24
Mereka tidak berhenti
sampai di situ, bahkan mereka memperbolehkan mendatangi istri pada duburnya
(anus).[20]
(na’udzubillaahi min dzaalik)
- Orang-orang Syi'ah Rafidhah juga mempunyai tanah haram, sebagaimana Makkah dan Madinah bagi kaum Muslimin. Tanah haram yang suci menurut mereka adalah Kufah, Karbala dan Qum. Tanah Karbala menurut orang-orang Syi'ah lebih utama daripada Ka'bah.[21]
- Menjadikan sepuluh hari pertama sebagai upacara dan ratapan untuk mengenang kematian Husain radhiyallaahu ‘anhu, dengan keyakinan bahwa ini merupakan sarana pendekatan kepada Allah dan merupakan ajaran dari syiar islam.
- Meyakini tentang Lauhul Fathimah, yaitu dakwaan mereka bahwa Jibril turun kepada Fathimah untuk menyampaikan wahyu kepadanya.[22]
- Rafidhah beranggapan bahwa seluruh pemerintahan selain pemerintahan imam mereka yang jumlahnya 12 dianggap tidak sah dan batal. Salah seorang mereka berkomentar kepada tiga khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman radhiyallaahu ‘anhum: “Bahwa mereka adalah para perampok kekuasaan, pengkhianat, dan murtad dari agamanya, semoga laknat Allah kepada mereka, dan orang-orang yang mengikutinya, dikarenakan kedzaliman yang dilakukannya kepada keuarga Nabi dari generasi pertama dan sesudahnya."[23]
Mereka juga beranggapan
bahwa siapa saja yang berhukum dengan putusan yang telah diberikan selain dari
golongan mereka, berarti ia telah menerima keputusannya taghut, walaupun
keputusannya benar berdasarkan al Qur'an dan as Sunnah ataukah salah.[24]
KOMENTAR PARA ULAMA
SALAF DAN KHALAF TENTANG RAFIDHAH
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah rahimahullah berkata: “Para ulama
sepakat bahwa Rafidhah adalah salah satu sekte paling besar dustanya,
kedustaannya sudah dikenal sejak lama, oleh sebab itu para ulama memberikan cap
dengan kelompok yang banyak dustanya.”
Imam Malik rahimahullah
berkata: “Jangan berbicara dengannya, dan jangan meriwayatkan hadits darinya,
sesungguhnya mereka para pendusta.”
Bahkan beliau (imam
Malik) menyimpulkan akan kekafiran mereka disebabkan mereka telah mencaci maki
dan membenci para Sahabat Nabi radhiyallaahu ‘anhum. Beliau menyimpulkan dari
firman Allah Ta'ala : QS al Fath : 29[25]
Imam Syafi'i rahimahullah
berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang paling dusta kesaksiannya
daripada Rafidhah.”
Ibnu Taimiyyah
rahimahullah dalam memberikan komentar terhadap ucapan-ucapan ulama salaf
mengatakan :
Pokok dan dasar dari
kebid'ahan orang-orang Rafidhah adalah :
1.
Kekufuran mereka yang tersembunyi
2.
Penyekutuan kepada Allah Ta’ala
3.
Kedustaan. Kedustaan adalah hal yang biasa bagi mereka,
bahkan mereka sendiri mengakui akan hal ini, dengan mengatakan: “Agama kami
adalah taqiyyah yaitu ucapan seseorang dengan lisannya yang bertolak
belakang dengan keyakinannya, inilah kedustaan dan kemunafikan, mereka dalam
hal ini seperti ucapan pepatah "melempar orang lain tapi kena dirinya
sendiri.”
Imam Ahmad rahimahullah
berkata mengenai orang-orang Rafidhah : "Yaitu mereka yang mencaci maki
dan mencela Abu Bakar dan Umar radhiyallaahu
‘anhuma." Beliau juga berkata : "Ia tak termasuk lagi dalam agama
Islam."[26]
Badan Riset Ilmiyyah dan
Fatwa Arabia[27] berfatwa:
Jika ada seseorang dari sekte Ja'fariyah yang berdo'a kepada Hasan dan Husain
serta pembesar-pembesar mereka, maka mereka ini tergolong orang yang
menyekutukan Allah dan keluar dari agama Islam, tidak dihalalkan makan hewan
sembelihannya, karena ia adalah bangkai, meskipun disaat penyembelihannya
mereka menyebut nama Allah."[28]
Syaikh Abdullah bin Abdur
Rahman al Jibrin berkata : "Tidak sah sembelihan Rafidhah dan tidak halal
makan sembelihannya, dikarenakan kebanyakan mereka menyekutukan Allah, dengan berdo'a
kepada Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu baik di saat sempit maupun
lapang, di Arafah, pada saat Thawaf dan Sa'i, mereka berdo'a kepadanya dan
berdo'a kepada anak-anaknya dan berdo'a kepada imam-imam mereka, sebagaimana
yang sering kita dengar, dan ini merupakan syirik akbar dan kemurtadan, yang
mana mereka berhak dibunuh karenanya.
Sebagaimana mereka ini
berlebih-lebihan didalam mensifati 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu dan memujinya, sampai-sampai mereka
mensifatinya dengan sifat yang hanya layak diberikan kepada Allah, sebagaimana
yang sering kita dengar di Arafah, mereka dengan demikian ini dianggap murtad
dan keluar dari agama Islam, dikarenakan menjadikan Ali radhiyallaahu ‘anhu sebagai
Tuhan, pencipta dan yang menjalanan roda perputaran alam, mengetahui ilmu
Ghaib, memiliki kemanfa'atan dan kemudharatan (bahaya) dan yang sejenisnya.
Dikarenakan juga mereka mencela al Qur'an, dan menganggap bahwa para Sahabat
Nabi merubahnya, dan membuang daripadanya hal-hal yang banyak sekali yang berkaitan
dengan Ahlil Bait dan musuh-musuhnya, kemudian mereka tidak bersedia
mengikutinya dan tidak menjadikannya sebagai dalil.
Disamping itu, mereka
mencaci para sahabat Nabi seperti ketiga khulafa'ur Rasyidin, dan sepuluh
Sahabat lainnya yang dijamin masuk syurga serta para sahabat lain seperti Anas,
Jabir, Abu Hurairah dan yang lainnya radhiyallaahu ‘anhum, sebagaimana mereka
tidak menerima hadits-haditsnya, dikarenakan mereka telah menganggapnya kafir,
begitu juga mereka tidak mengamalkan hadits Bukhari dan Muslim kecuali
hadits-hadits yang berasal dari Ahlil Bait, dan mereka juga bergantung kepada
hadits-hadits palsu, atau sama sekali mengutarakan pendapatnya tanpa
bersandarkan kepada suatu dalil, meskipun demikian mereka menunjukkan
kemunafikannya, dengan mengatakan dengan lisannya yang tidak diyakininya dalam
hatinya tanpa memperlihatkannya, dengan semboyan : "Siapa yang tidak
bertaqiyyah maka ia tidak beragama."
Oleh sebab itu, jangan
sampai diterima pengakuannya tentang persaudaraan dan kasih sayang dalam agama.
Kemunafikan adalah agama mereka, cukup Allahlah yang akan membalas kejelekannya
dan semoga Allahl melimpahkan
shalawat dan salam kepada Muhammadn
dan keluarganya serta sahabat-sahabatnyag"[29]
Sisi Kesamaan Yahudi dan Rafidhah.[30]
Yahudi
|
Rafidhah
|
Yang layak
memimpin kekuasaan adalah keluarga Daud ‘alaihissalam
|
Yang layak
memimpin kekuasaan adalah keturunan Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu
(ahli bait).
|
Tak ada
Jihad di jalan Allah sehingga al Masih ad Dajjal keluar dan pedang turun ditangan.
|
Tidak ada
Jihad dijalan Allah sehingga sehingga Imam Mahdi (imam kedua belas mereka)
keluar dan ada yang mengomandokan dari langit.
|
Mengakhirkan
shalat sampai munculnya bintang-bintang.
|
Mengakhirkan
shalat Maghrib sampai munculnya bintang-bintang. (sedangkan hadits Rasulullahn mengingkari akan hal itu).[31]
|
Memutar
balikkan isi kandungan Taurat
|
Memutar
balikkan isi kandungan al Qur'an.
|
Tidak
berpendapat bolehnya mengusap al khuf (sepatu slop) saat berwudlu'.
|
Tidak
berpendapat tentang bolehnya mengusap al khuf saat berwudlu'.
|
Membenci
Malaikat Jibril ‘alaihissalam. Mereka mengatakan ia musuh kami dari golongan
Malaikat.
|
Malaikat
Jibril ‘alaihissalam salah alamat dan berkhianat ketika menyampaikan wahyu
kepada Muhammad, yang seharusnya orang yang berhak membawa risalah ini adalah
Ali bin Abi Thalib.
|
Akan tetapi orang-orang Yahudi dan Nashrani memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang-orang Rafidhah, yaitu :
- Apabila orang-orang Yahudi ditanya tentang siapa tentang siapa sebaik-baik pemeluk agama kalian? Mereka menjawab para Sahabat Nabi Musa ‘alaihissalam.
- Apabila orang-orang Nashrani ditanya siapa sebaik-baik pemeluk agama kalian? Mereka akan menjawab : "para sahabat setia Nabi Isa ‘alaihissalam.
Tetapi, jika orang-orang Rafidhah ditanya tentang siapa
yang paling buruk dari pemeluk agama kalian? Mereka akan menjawab : para
sahabat Muhammad.
Demikianlah
kebohongan-kebohongan Syi'ah terhadap Allah dan Rasul-Nya. Mereka
menyembunyikan permusuhan dan kebencian kepada kita, mereka bahu membahu dengan
orang-orang Yahudi untuk menghancurkan kita, karena mereka menganggap kafir
orang yang tidak berada dalam golongannya. Syaikhul Islam rahimahullah berkata
: "Orang-orang Syi'ah tidak berinteraksi kepada seseorang melainkan ia
menggunakan kemunafikannya, karena agama yang mereka yakini agama yang rusak,
mendorong untuk berbuat kebohongan, pengkhianatan, penipuan terhadap orang, dan
selalu mengharapkan keburukan kepada orang, mereka tidak henti-hentinya menimbulkan
kemudharatan, tidak meninggalkan keburukan selama mampu melakukannya, mereka
dibenci oleh orang yang belum mengenalnya, meskipun orang tersebut tidak
mengetahui dia adalah orang Syi'ah, disebabkan tanda-tanda kemunafikannya
nampak dimuka mereka, dan kesalahan yang banyak dalam ucapannya."[32]
Refrensi – Refrensi
Penting Untuk Membantah Orang – orang Syi'ah
1.
Majmu' Fatawa, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
2.
Minhajus Sunnah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
3.
Al Mihal wan Nihal karya asy Syahrastani
4.
Al Farqu Bainal Firaq (perbedaan antara sekte – sekte)
karya al Baghdadi
5.
Maqalatul Islamiyyin (makalah-makalah pemikir islam)
oleh al Asy'ari. Dan buku-buku yang dianggap perlu.
Buku – Buku Kotemporer
:
1.
Semua karya Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir
2.
Mas’alatut Taqrib (masalah pendekatan) karya Syaikh Dr.
Nashir al Qifari
3.
Ushul Madzhabi Syi’ah al Itsna ‘Asyariyyah oleh Dr.
Nashir al Qifari
4.
Karya-karya Syaikh Muhammad Maalullah
5.
Tabdiduzh Zholam wa Tanbihun Niyaam (menyingkap
kegelapan dan mengusir kelengahan atas bahaya Syi’ah) oleh Sulaiman al Jabhan
Dan buku-buku
lain yang dianggap perlu.
Wallahu a'lam bi shawab
Bekasi, 16 Januari 2007 M
[1] Al Bihar karangan al
Majlisi hal : 68,96,97 (termasuk refrensi modrn mereka)
[2] Al Milal wa Nihal hal
: 147
[3] at Ta'liqat ala Matni
Lum'atil I"tiqad oleh Syaikh Abdullah al Jibrin, hal : 108
[4] lihat Maqalatul
Islamiyyin, hal : 1/89
[5] Ushulul Kaafi, hal :
40
[6] Minhajus Sunnah oleh
Ibnu Taimiyyah, hal : 1/20
[7] Lihat Kasyful Ghitha'
oleh tokoh Syi'ah Ja'far an Najfi hal : 417
[8] Lihat Fashlul Kitab
fi Tahridi Kitab Rabbil Arbab oleh Ath Thibrisi hal : 32
[9] Lihat Haqqul Yaqin
oleh al Majlisi hal : 522. perlu dijelaskan bahwa Ali bin Husain dan Ahli Bait
seluruhnya berlepas diri dari kebohongan Syi'ah.
[10] Furu' Kaafi oleh al
Khulaini, hal : 115 dan Tafsir al Qumy hal : 218
[11] kutipan dari do'anya
: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
ya Allah berikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, ya Allah
laknatilah dua patung Qurasy, dua thaghut dan jibtnya dua pendusta dan
pembohoongnya dan kedua anak perempuannya (maksudnya : 'Aisyah dan Hafshah),
karena mereka telah mengingkari perintah-Mu, mendustakan wahyu-Mu, tidak
mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, bermaksiat kepada utusan-Mu, memutar balik
agama-Mu, mengubah kitab-Mu, mencintai musuh-musuh-Mu, mengingkari
nikmat-nikmat-Mu, meninggalkan hukum-hukum-Mu, membaalkan dan mengabaikan
kewajiban-kewajiban-Mu, mengkufuri ayat-ayat-Mu, memusuhi kekasih-Mu, berwala'
kepada musuh-musuh-Mu, memerangi negara-negara-Mu dan membinasakan
hamba-hamba-Mu… "
[12] lihat Maqalath oleh
al Mufid hal : 51, 75
[13] Haqqul Yaqin oleh al
Majisi hal : 37
[14] As Syi'ah fil Mizan
oleh Muhammad Jawad Muqniyyah hal : 48
[15] Furu'ul Kaafi kitabul
Janaiz hal : 188
[16] Lihat Kitabul Mazar
oleh ulama mereka al Mufid hal : 125
[17] al Mahasin an
Nafsaniyyah hal : 166
[18] Syaikhul islam Ibnu
Taimiyyah berkata : "Orang-orang Rafidhah telah membantu Tatar ketika
memerangi negara-negara islam (Majmu' Fatawa, 35/1510), lihat juga kitab :
"Bagaimana Tatar memasuki wilayah umat Islam oleh Sulaiman bin Hammad al Audah.
[19] Minhaju8s Shadiqin
oleh Mulla Fathullah al Kasyani, hal : 356
[20] al Istibshar 3/243
[21] Lihat Kitabul Bihar,
10/107 dan kitab al Mazar oleh Muhammad an Nukman yang dijuluki dengan al
Mufid, hal : 99
[22]Lihat
al Kaafi oleh al Khaulani (1/527), al
Qummy hal : 301-304 dan I'lamul Wara' ath Thabarisi hal : 152
[23] Lihat Kiabul Bihar
oleh al Majlisi, 4/385
[24] Lihat al Kaafi oleh
al Kulaini 1/67, at Tahdzib 6/301 dan Ma Laa Yahdhuruhul Faqih hal : 74
[25] Dasar-dasar Madzhab
Syi'ah Imamiyyah oleh Dr. Nashir al Qifari 3/1250
[26] as Sunnah oleh al
Khallal (3/493). Ini pernyataan Imam Ahmad tentang kafirnya orang-orang
Rafidhah.
[27] Pada saat itu masih
diketuai oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Abdur Razak Afifi,
Syaikh Abdullah bin Ghudayyan dan Syaikh Abdullah bin Qu'ud.
[28] Fatawa Lajnah Daimah
lil Ifta' (2/264)
[29] fatwa ini disampaikan
oleh Syaikh Jibrin, ketika diajukan kepadanya suatu pertanyaan tentnag hukum
berinteraksi dengan orang Rafidhah pada tahun 1414 H. dijelaskan bahwa Syaikh
Jiibrien bukan orang pertama yang menghukumi kafir orang Rafidhah, bahkan ulama
salaf dan khalaf menghukumi kafir sekte ini. Dan itu dilakukan setelah
menegakkan hujjah atas mereka dan tidak adanya unsur kebodohan atau ketidak
tahuan.
[30] Minhajus Sunnah oloeh
Ibnu Taimiyyah 1/24
[31] Hadits itu ialah
sabda Rasulullah : لا تزال أمتى على فطرة مالم يؤخروا
المغرب إلى اشتباك النجوم.
"Ummatku masih dalam keadaan fitrah,
selama tidak mengakhirkan shalat Maghrib sampai munculnya
bintang-bintang." (HR Ahmad 4/147, 5/417, 422 dan Abu Daud 4/8 serta Ibnu
Majjah dalam az Zawaid dengan sanad hasan.
[32] Minhajus Sunnah an
Nabawiyyah Ibnu Taimiyyah (3/360)
Ha ha ha gimana mau obyektif wong sumbernya saja dari musuh2 atau para pembenci Syiah. Kalau mau obyektif rujuklah secara seimbang buku2 yg dikarang oleh ulama Syiah sendiri !!
BalasHapus